Ribuan warga Korea Utara dikerahkan ke Rusia untuk bekerja dalam kondisi yang mirip dengan budak. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kebutuhan tenaga kerja Rusia yang semakin menipis akibat perang yang masih berlangsung di Ukraina. Sebelumnya, bantuan Korea Utara terhadap Rusia berupa pengiriman misil, peluru artileri, dan tentara. Kini, dengan banyaknya korban dan pindahnya ribuan tentara Rusia, negara ini semakin bergantung pada tenaga kerja dari Korea Utara, menurut laporan pejabat intelijen Korea Selatan.
Enam pekerja Korea Utara, identitasnya diubah untuk kebersamaan, menggambarkan kelelahan yang dialami setiap hari. Mereka mulai bekerja sejak pukul enam pagi dan terus hingga pukul dua pagi, dengan hanya dua hari istirahat dalam setahun. Harapan mereka untuk mendapatkan upah yang besar di Rusia menghilang setelah tiba disana. Pendapatan mereka dikirim langsung ke pemerintah Korea Utara, dan kehidupan mereka seperti terkurung dalam penjara tanpa dinding. “Saya merasa seperti berada di kamp kerja paksa,” ujar salah satu dari mereka.
Pekerja Korea Utara di Rusia menderita kondisi yang mengerikan. Mereka dipaksa bekerja hingga lemah, tanpa akses ke rumah sakit bahkan ketika mengalami cedera parah. Jin, salah satu pekerja yang melarikan diri, menceritakan bagaimana dia dikawal ketat sejak tiba di Rusia. Dia dipaksa bekerja lebih dari 18 jam sehari tanpa peralatan keselamatan yang memadai. Tae, pekerjanya, mengalami kaku dan lumpuh di tangan akibat pekerjaan yang berat. Para pengawas pun keras, tidak peduli dengan kondisi pekerja mereka. Professor Kang Dong-wan, ahli dari Universitas Dong-A, menyatakan bahwa para pekerja bekerja dalam kehawaran, tanpa perlindungan yang cukup.
Pekerja Korea Utara dikurung di tempat konstruksi dan diawasi oleh agen keamanan dari pemerintahnya sendiri. Mereka tidur di tempat yang kotor dan sempit, bahkan di lantai yang belum selesai dibangun. Nam, salah satu pekerja, pernah jatuh dari tinggi dan rusak wajah, tapi tidak diberikan izin untuk pergi ke rumah sakit. Kondisi ini menunjukkan betapa mereka diabaikan dan dianiaya.
Sejak lama, ratusan ribu warga Korea Utara bekerja di Rusia, menghasilkan pendapatan yang besar bagi pemerintah Kim Jong Un. Meski PBB melarang praktik ini sejak 2019 untuk menghentikan pembiayaan senjata nuklir, ribuan pekerja masih dikirim ke Rusia setiap tahun. Menurut pejabat intelijen Korea Selatan, lebih dari 10.000 worker dikirim tahun lalu, dengan rencana mengirim lebih banyak lagi. Mereka bekerja di proyek konstruksi, pabrik pakaian, dan pusat IT, melanggar larangan PBB. Data pemerintah Rusia menunjukkan peningkatan empat kali lipat jumlah warga Korea Utara yang masuk ke negara itu pada 2024, banyak di antaranya dengan visa pelajar sebagai penutup.
Rusia saat ini mengalami kekurangan tenaga kerja yang parah, dan pekerja Korea Utara menjadi solusi murah dan patuh. Untuk mereka, pekerjaan luar negeri seperti ini ada harapan lepas dari kemiskinan, tetapi mereka hanya menerima sedikit dari upah yang sebenarnya. Pembayaran mereka dikirim langsung ke pemerintah, dan hanya sedikit yang mereka terima saat pulang. Ini memang taktik yang digunakan untuk mencegah mereka kabur.
Tae, salah satu worker yang melarikan diri, merasa malu ketika tahu gaji pekerja lain lebih tinggi meskipun bekerja lebih sedikit. Jin pun kesal karena Mutation dibilang menjadi budak. Ketika Jin diberitahu uangnya akan disita pemerintah, dia memutuskan kabur. Tae, melihat video YouTube tentang gaji pekerja di Korea Selatan, berani kabur malam harinya. Beberapa pekerja berhasil menggunakan ponsel larangan untuk merencanakan pelarian.
Untuk mencegah pelarian, otoritas Korea Utara memperketat pengawasan. Mereka harus mengikuti pelatihan ideologis dan sesi kritik diri lebih sering. Kesempatan keluar dari tempat kerja pun semakin terbatas. Sejak 2023, mereka harus berkelompok lebih besar dan diawasi lebih ketat. Jumlah pekerja yang berhasil kabur pun menurun setengah sejak 2022. Profesor Andrei Lankov, ahli hub Korea Utara-Rusia, yakin bahwa ini persiapan untuk kedatangan pekerja lebih banyak lagi. “Para pekerja ini akan menjadi simbol persahabatan Kim Jong Un dan Putin selama perang,” katanya.
Setiap tahun, rata-rata 10 pekerja Korea Utara berhasil tiba di Seoul setelah kabur dari Rusia. Namun, semakin banyaknya pengawasan membuat pelarian semakin sulit. Pekerja yang berhasil melarikan diri menceritakan pengalaman yang menyedihkan, tetapi juga menunjukkan semangat untuk melakukan perubahan. Harapan mereka adalah agar dunia mengetahui kondisi yang sebenarnya dan memberikan bantuan agar mereka tidak perlu kembali ke kehidupan yang sama lagi.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.