Kerja Sama IMI-KP2MI tentang Driver-Mekanik, Bamsoet: Memiliki Potensi Besar

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bambang Soesatyo, yang juga dikenal sebagai Bamsoet, selaku Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan anggota DPR RI, menyampaikan apresiasinya atas penandatanganan Nota Kesepahaman antara IMI, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, dan KADIN Indonesia. Kesepakatan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sumber daya manusia (SDM) di bidang pengemudi dan mekanik dengan standar internasional.

Pada acara tersebut hadir Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding, Sekretaris Jenderal Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Irjen Pol. Dwiyono, serta Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia, Nofel Saleh Hilabi dan Mulyadi Jayabaya. Sementara dari IMI hadir Waketum Mobilitas, Rifat Sungkar; Waketum Organisasi, M. Riyanto; Waketum Digital Motor Sport, Irfan Bahrain; Waketum Hubungan Antar Lembaga, Junaedi Elvis; dan Ketua Komunikasi dan Media, Dwi Nugroho Marsudianto.

MoU tersebut ditandatangani oleh Bambang Soesatyo, Abdul Kadir Karding, dan Nofel Saleh Hilabi. Kemitraan ini menjadi batu pondasi dalam mengukuhkan daya saing tenaga kerja Indonesia di bidang transportasi dan industri otomotif global.

“Keputusan kerja sama ini memperlihatkan tanggapan kepada permintaan global akan tenaga kerja berkompeten di bidang otomotif. Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan pengemudi dan mekanik dengan kualifikasi internasional. Melalui MoU ini, kita memastikan adanya jalur terstruktur bagi para pekerja untuk mendapatkan pelatihan, sertifikasi, hingga mendapatkan pekerjaan di negara-negara maju seperti Jepang, Australia, dan Eropa,” ungkap Bamsoet saat mengucapkan keterangannya di Kantor Pusat IMI Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (18/8/2025).

IMI berperan strategis dengan menyediakan fasilitas pelatihan, instruktur profesional, dan program sertifikasi internasional. Sementara Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia akan memberikan dukungan dalam hal regulasi dan penempatan tenaga kerja, sedangkan KADIN Indonesia berperan sebagai penghubung antara industri, mitra bisnis, dan lembaga sertifikasi global.

Data dari Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyebutkan, setiap tahun lebih dari 200 ribu pekerja migran Indonesia diberangkatkan ke luar negeri. Namun, sebagian besar masih berada di sektor domestik dan informal. Melalui program bersama ini, diharapkan terciptanya SDM yang terampil di bidang otomotif yang mampu bersaing di pasar kerja internasional.

Bamsoet menambahkan bahwa permintaan tenaga kerja di sektor otomotif terus meningkat di berbagai negara. Jepang misalnya, sejak 2019 membuka program Specified Skilled Worker (SSW) untuk pekerja asing di bidang transportasi dan perawatan kendaraan, dengan proyeksi kebutuhan lebih dari 60 ribu mekanik dalam lima tahun. Australia menghadapi kekurangan 30 ribu mekanik hingga 2028 akibat peningkatan pensiun pekerja senior, sedangkan Jerman dan Belanda mengalami peningkatan permintaan pengemudi profesional akibat meningkatnya aktivitas perdagangan lintas negara.

“Negara-negara maju harus memenuhi standar keselamatan, efisiensi, dan teknologi dalam transportasi serta otomotif. Dengan sertifikasi global yang diakui, para pengemudi dan mekanik asal Indonesia dapat mengakses pasaran kerja yang lebih baik dan memberikan kontribusi positif bagi nama bangsa,” pungkas Bamsoet.

Perkembangan teknologi dan globalisasi terus mengubah tuntutan pasar kerja di berbagai bidang. Indonesia memiliki kesempatan emas untuk memanfaatkan potensi sumber daya manusia yang berkompeten di sektor otomotif. Dengan kerja sama strategis antara IMI, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, dan KADIN, diharapkan ekonomi kreatif dan industri otomotif nasional dapat berkembang dengan lebih maju. Insentif sertifikasi internasional dan pelatihan berkualitas dapat menjadi jembatan bagi para profesional untuk maju di tingkat global. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi, namun dengan dukungan yang tepat, Indonesia mampu menjadi sentra produksi tenaga kerja berstandar internasional.

(prf/ega)

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan