Jerman Dan China Bertemu, China Ingatkan Agresi Sejarah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah China mengecam Jerman karena dianggap menghasut ketegangan di kawasan Asia-Pasifik. Tweedeknik dalam yg mengingatkan Jerman untuk tidak memperbesar perdebatan yang ada. Tindakan ini dipicu setelah Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, menyatakan bahwa China semakin melakukan tindakan yang agresif di wilayah tersebut.

Selama kunjungan ke Jepang, Wadephul menjelaskan bahwa China telah melakukan upaya secara sepihak untuk mengubah status quo dan menggeser perbatasan untuk kepentingan sendiri. Hal ini terlihat dari tindakan China di Selat Taiwan, Laut China Timur, dan Laut China Selatan. Menurut Wadephul, setiap eskalasi di wilayah perdagangan strategis ini akan memiliki dampak serius pada keamanan global dan ekonomi dunia. Pernyataan ini disampaikan pada Senin (18/8) setelah pertemuan dengan Menlu Jepang, Takeshi Iwaya, berdasarkan laporan AFP.

Sebelumnya, pada Minggu (17/8), Wadephul mengatakan dalam pernyataan bahwa China semakin berusaha untuk mendominasi wilayah regional dan bahkan mempertanyakan prinsip hukum internasional. Menurutnya, tindakan China yang semakin agresif di Selat Taiwan dan Laut China Timur dan Selatan juga mempengaruhi Eropa, karena prinsip-prinsip koeksistensi global terancam.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, membantah pernyataan Wadephul dengan mengatakan bahwa situasi di Laut China Timur dan Laut China Selatan tetap stabil. Dia mengingatkan semua pihak untuk menghormati negara-negara di kawasan tersebut, menyelesaikan masalah melalui dialog, dan menjaga kepentingan bersama, yakni perdamaian dan stabilitas. Mao Ning juga menyampaikan bahwa masalah Taiwan adalah urusan dalam negeri China.

Nah rasa ingin tahu tentang dampak perang di kawasan Asia-Pasifik? Yuk cek riset terkini. Studi menunjukkan bahwa kecenderungan China untuk memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut telah meningkatkan ketegangan regional. Misalnya, laporan dari situs Lowy Institute menunjukkan bahwa tindakan China di Laut China Selatan telah mengganggu rute perdagangan global dan meningkatkan ketegangan militer. Sementara itu, analisis dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) menegaskan bahwa eskalasi di wilayah tersebut akan memengaruhi pasar global, terutama sektor teknologi dan energi.

Krisis geopolitik seperti ini sering kali berdampak pada stabilitas ekonomi. Contohnya, karena ketegangan di Selat Taiwan, beberapa perusahaan teknologi semikonduktor di Asia Tenggara mulai mencari alternatif rute logistik. Hal ini menunjukkan bagaimana permasalahan ini tidak hanya berdampak pada hubungan politik, tetapi juga pada bisnis global.

Dalam konteks ini, penting untuk semua pihak menghormati hukum internasional dan mencari solusi damai melalui dialog. Ketegangan yang terus berlanjut akan mempengaruhi stabilitas regional dan global. Masyarakat internasional perlu berperan aktif dalam mendorong perdamaian dan menghindari eskalasi yang tidak perlu.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan