Adik Dini Kecewa karena Ronald Tannur Menerima Remisi: Nyawa Kakaknya Tidak Akan Dibebaskan

Keluarga Dini Sera Afriyanti tampak sangat kecekan dengan keputusan pengurangan hukuman yang diberikan kepada Gregorius Ronald Tannur, individu yang terbukti bertanggung jawab atas kematian Dini. Kehidupan pasangan dari mantan anggota DPR RI tersebut diyakini akan menjadi lebih mudah setelah hari ini, namun keluarga Dini merasa terkecewakan dengan hasil putusan tersebut.

“Sangat mengejutkan bagaimana suatu pelaku kejahatan yang telah merampas nyawa sesosok manusia bisa memperoleh keringanan hukuman. Kami tidak pernah mengantisipasi apa pun selama proses peradilan berlangsung, dan terkadang kami meragukan kebenaran sistem peradilan negara ini. Semua terasa bisa dijual beli dengan uang, bahkan nyawa kakak saya seperti tidak berarti,” ungkap Alfika, adik dari Dini Sera Afriyanti, seperti dilansir detikJatim, Senin (18/8/2025).

Alfika memutuskan untuk mengingat kembali perjuangan panjang yang dilalui keluarganya demi keadilan bagi Dini. Namun, hingga saat ini, mereka belum merasakan keadilan yang sebenarnya. Dalam proses perjalanan kasus ini, Ronald pernah mendapat keputusan pembebasan oleh tiga hakim di Pengadilan Negeri Surabaya yang diduga menerima suap. Namun, Mahkamah Agung kemudian membatalkan vonis tersebut dan memutuskan hukuman empat tahun penjara untuk pelaku. Tetapi yang tak terduga, Ronald justru memperoleh pengurangan masa hukuman.

“Pihak pengacara kami berusaha keras dengan bukti yang ada, tetapi kenyataannya uang menentukan segalanya. Kita hanya bisa berharap aja. Semua usaha jiwa dan modal yang kami keluarkan untuk keadilan sekarang terasa sia-sia,” tambahnya.

Menanggapi hal yang sama, Dimas Yemahura, pengacara keluarga Dini, juga mengungkap keprihatinannya atas pengurangan hukuman yang diterima Ronald Tannur. Menurutnya, keluarga Dini belum pernah menerima sepeser pun restitusi atau kompensasi atas kasus yang mengakibatkan kematian Dini.

“Sebagai kuasa hukum keluarga Dini, aku sangat keprihatin oleh pengurangan hukuman ini. Ini bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang keadilan yang telah dilecehkan. Jika pelaku bisa mendapat remisi, ketika ini keluarga Dini masih belum menerima apapun sebagai bentuk keadilan,” ujar Dimas Yemahura.

Sebuah studi kasus yang relevan dari kasus ini adalah kasus korupsi yang sering terjadi dalam lingkungan hukum, di mana uang dan koneksi menjadi faktor paling berkuasa. Dalam beberapa kasus di xalq, terlibatnya pihak pengadilan yang menerima suap menjadi salah satu penyebab kasus-kasus berat sulit untuk diselesaikan secara adil. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan integritas dalam sistem peradilan agar keadilan sebenarnya dapat diraih.

Kasus ini juga menunjukkan dampak yang sangat dalam terhadap keluarga korban, baik secara emosional maupun finansial. Mereka harus menghadapi kehilangan yang tak pernah dapat diganti, terutama ketika proses peradilan berjalan panjang dan tidak ada kompensasi yang diberikan. Ini menjadi tantangan bagi masyarakat untuk mempertanyakan bagaimana sistem keadilan dapat dioptimalkan agar tidak ada korban yang dikorbankan untuk kepentingan meraup untung atau kekuasaan.

Keputusasaan dan rasa tidak adil yang dirasakan keluarga Dini tidak bisa diabaikan. Ini adalah panggilan kuat bagaimana peradilan di Indonesia harus lebih berjiwa dan adil. Setiap nyawa manusia berharga, dan tidak ada satu pun yang patut dipertanyakan nilainya. Jika negara gagal melindungi hak asasi masyarakatnya, maka masyarakat harus lebih prosesif dalam menuntut perbaikan sistem peradilan.

Baca juga Berita lainnya di News Page