Kelakar Wali Kota Tasikmalaya: Jalan dan Trotoar Harus Kuat untuk Kampanye Lima Tahun

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Indonesia, panggung politik tidak selalu berupa tempat megah atau gedung pemerintahan. Kadang-kadang, panggungnya justru berupa tempat yang sempit dan berbau lumpur—seperti gorong-gorong.

Saluran air yang sebenarnya hanya untuk mengalirkan air hujan, ternyata sering menjadi media penyampaian pesan politik.

Sejak Joko Widodo yang turun langsung pada tahun 2013, diikuti oleh Ahok setahun berikutnya, hingga Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi Ramadhan yang hanya melakukan pemeriksaan singkat, gorong-gorong memiliki cara tersendiri dalam membentuk citra publik.

Joko Widodo, mantan Presiden RI, saat menjabat Gubernur DKI Jakarta, pernah masuk ke dalam gorong-gorong di Jalan Sudirman untuk memantau saluran air. Foto dan video tersebut menjadi viral, melambangkan gaya blusukan yang masih diingat hingga sekarang.

Tidak lama kemudian, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), ketika menjabat Wakil Gubernur DKI, juga beberapa kali turun ke gorong-gorong, salah satunya di wilayah Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

Momen serupa terjadi di Kota Tasikmalaya. Saat memantau perbaikan Jalan KHZ Mustafa di depan Masjid Agung Kamis lalu, Wali Kota Viman Alfarizi Ramadhan memeriksa ketahanan jalan dan trotoar yang baru selesai dibangun.

“Berapa lama kekuatannya? Lima tahun? Mobil besar bisa lewat sini dengan aman. Lima tahun berarti sebelum saya kampanye lagi, jalan ini harus tetap baik,” kata Viman sambil tersenyum.

Setelah itu, Viman membuka penutup saluran air di trotoar. Tidak seperti Jokowi yang masuk ke dalam gorong-gorong, ia hanya memeriksanya dari luar, memastikan angka-angka di berkas sesuai dengan kondisi di lapangan. Ia memastikan tidak ada bocoran air yang menyebabkan genangan di jalan utama.

Hujan deras di Kota Tasikmalaya sering menyebabkan genangan di beberapa titik, termasuk di pusat kota.

Saluran air di titik-titik strategis telah dibersihkan sebagai upaya Pemkot untuk mengatasi masalah ini.

Namun, dalam kegiatan gotong-royong tersebut, Viman belum pernah terlihat ikut aktif membersihkan saluran air secara langsung.

Menurut Pengamat Politik Universitas Siliwangi, Dr. M. Ali Andrias SIP MSi, tindakan Viman mengandung pesan politik yang kuat.

Aksi mengamati saluran air tanpa langsung turun tangan menunjukkan sikap yang berbeda, namun tetap mengirimkan pesan mengenai perhatian terhadap infrastruktur kota.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan