Perusahaan-perusahaan dari China semakin tertarik berinvestasi di Indonesia untuk menghindari tarif impor tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk-produk Tiongkok. Tarif yang diterapkan oleh pemerintah Donald Trump untuk produk Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang dikenakan pada barang-barang China.
Berdasarkan laporan Reuters pada Sabtu (16/8/2025), Gao Xiaoyu, pendiri firma konsultan properti industri di Jakarta, mengungkapkan bahwa perusahaannya menerima banyak permintaan dari pelaku bisnis China yang ingin mengembangkan atau memulai operasi di Indonesia.
“Aktivitas kami sangat padat belakangan ini. Pertemuan berlangsung sejak pagi hingga larut malam,” ujar Gao, yang juga pemilik PT Yard Zeal Indonesia.
Tarif impor AS untuk produk Indonesia hanya sekitar 19%, setara dengan tarif bagi Malaysia, Filipina, dan Thailand, serta sedikit lebih rendah dibanding Vietnam yang mencapai 20%. Sementara itu, tarif untuk barang-barang China telah melampaui 30%.
Selain itu, Indonesia merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang pertumbuhannya melebihi ekspektasi sebesar 5,12% pada kuartal kedua 2025, serta menempati posisi keempat sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia. Hal ini menjadikannya pasar konsumen yang sangat potensial, jauh melampaui negara-negara sekitarnya.
Gao menjelaskan bahwa tingginya minat perusahaan China untuk beroperasi di Indonesia telah menyebabkan kenaikan harga properti industri dan gudang sebesar 15% hingga 25% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan tahun sebelumnya—merupakan peningkatan tercepat dalam dua dekade terakhir.
“Jika mampu membangun bisnis yang kuat di Indonesia, Anda pada dasarnya telah menguasai separuh pasar Asia Tenggara,” ucap Zhang Chao, seorang produsen lampu sepeda motor asal China yang beroperasi di Indonesia.
Mira Arifin, perwakilan Bank of America untuk Indonesia, menyatakan bahwa faktor utama yang menarik investor asing adalah populasi muda dan jumlah tenaga kerja yang melimpah.
“Indonesia memiliki sumber daya manusia yang besar dengan demografi muda yang dinamis, mendorong investor asing untuk segera memperluas bisnis di sini,” jelasnya.
Investor China yang berminat masuk ke Indonesia berasal dari berbagai sektor, seperti produsen mainan, tekstil, hingga kendaraan listrik. Mereka aktif mencari lahan untuk mendirikan pabrik, terutama di Jawa Barat yang dekat dengan Pelabuhan Patimban.
Kawasan industri Subang Smartpolitan di Jawa Barat, yang mencakup lebih dari 2.700 hektar, juga mulai menerima banyak tawaran dari perusahaan-perusahaan China. Kawasan tersebut dilaporkan kebanjiran permintaan dari investor Tiongkok.
“Telepon, email, dan akun WeChat kami langsung dipenuhi oleh klien baru dan agen yang ingin memperkenalkan mitra bisnis,” kata Abednego Purnomo, Wakil Presiden Penjualan, Pemasaran, dan Hubungan Penyewa Suryacipta Swadaya, pengelola Subang Smartpolitan.
Meskipun Indonesia menarik bagi investor China karena ukuran pasarnya yang besar dan tarif ekspor yang relatif rendah, beberapa tantangan tetap ada, termasuk regulasi yang kompleks, birokrasi lambat, infrastruktur kurang memadai, dan rantai pasok industri yang belum sempurna.
Sebagian investor asing juga menyatakan kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal Presiden Prabowo yang bersifat populis, termasuk program andalannya berupa Makan Bergizi Gratis.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Owner Thecuy.com
Wah, efek domino tarif Trump ternyata sampe bikin pabrik China bertebaran di Indonesia. Untungnya kita ikutan dapat rejeki nomplok, ya, gaes? Kira-kira nanti bakalan ada diskon barang-barang impor dari China nggak ya?