Cinta Indonesia bukan hanya tentang kisah heroik merebut bendera

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Film animasi berjudul Merah Putih: One for All kini menjadi pusat perhatian. Kisahnya yang simpel namun sarat dengan nilai persatuan mengisahkan delapan anak dari berbagai penjuru Indonesia yang bersatu untuk menemukan kembali bendera pusaka yang hilang tepat tiga hari sebelum perayaan kemerdekaan. Inti pesannya tegas: keragaman adalah keunggulan, dan lambang negara wajib dilindungi.

Namun, apakah kecintaan terhadap Indonesia hanya terbatas pada aksi heroik menyelamatkan bendera?

Karya ini menggambarkan bentuk nasionalisme yang bersifat seremonial—memelihara simbol, mengibarkan sang saka merah putih, dan bersatu dalam momen upacara. Tindakan tersebut memang perlu. Namun dalam kehidupan nyata, “bendera” yang harus kita jaga bukan sekadar selembar kain di tiang, melainkan juga kelestarian hutan, kebersihan laut, kualitas udara, kesuburan tanah, serta kekayaan keanekaragaman hayati.

Di berbagai wilayah, sumber daya alam kita terus dieksploitasi. Pembabatan hutan di Papua untuk perkebunan skala besar terus berlanjut, pertambangan nikel di Sulawesi merusak pesisir dan mencemari perairan, sementara sungai-sungai di Kalimantan berubah keruh akibat penambangan emas ilegal. Bila hal ini dibiarkan, kita sesungguhnya sedang kehilangan “bendera kehidupan” yang jauh lebih penting dibanding sekadar simbol negara.

Kita berada di tengah era krisis iklim. Menurut catatan BMKG, suhu rata-rata di Indonesia telah naik secara signifikan dalam dua puluh tahun terakhir. Dampaknya, bencana seperti banjir besar, kekeringan parah, kebakaran hutan, dan abrasi pantai semakin sering terjadi.

Yang lebih memprihatinkan, banyak kerusakan ini justru disebabkan oleh proyek-proyek yang dikemas dengan dalih pembangunan dan investasi. Padahal, proyek semacam ini kerap merusak lingkungan, mengancam sumber air bersih, dan mengurangi kemampuan alam dalam menyerap karbon yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi dampak pemanasan global.

Dalam situasi seperti ini, kecintaan terhadap tanah air seharusnya diwujudkan dengan memperjuangkan perlindungan alam, mempertahankan hutan adat, menyelamatkan spesies terancam, serta memastikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

PBB melalui Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) telah menetapkan Tujuan 13: Aksi Iklim, yang mendorong langkah konkret untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya. Sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, Indonesia memiliki peran krusial dalam mencapai target ini.

Jika kita sungguh mencintai Indonesia, maka komitmen terhadap SDGs 13 harus dijalankan dengan serius: menekan emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak iklim, serta menjaga ekosistem yang menjadi pondasi kehidupan.

Namun, komitmen ini sering kali hanya tertuang dalam dokumen, tanpa implementasi nyata di lapangan. Film seperti Merah Putih: One for All sebenarnya bisa menjadi sarana edukasi yang potensial. Plot ceritanya dapat diperluas dengan pesan-pesan pelestarian lingkungan.

Contohnya, karakter dalam film tidak hanya berusaha menemukan bendera yang hilang, tetapi juga berjuang menyelamatkan hutan dari kebakaran atau membersihkan laut dari polusi minyak. Dengan cara ini, pesan nasionalisme yang disampaikan tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga sesuai dengan tantangan masa kini.

Seni dan film memiliki pengaruh besar dalam membentuk perspektif masyarakat. Ketika anak-anak menonton film bertema nasionalisme yang juga mengajarkan pentingnya melindungi alam, mereka akan tumbuh dengan kesadaran bahwa mencintai negara juga berarti menjaga bumi tempat mereka hidup.

Bayangkan bila generasi muda diajarkan bahwa pahlawan masa kini adalah mereka yang menanam pohon, merestorasi terumbu karang, menghentikan penebangan liar, atau mendorong penggunaan energi terbarukan. Inilah bentuk cinta tanah air yang paling relevan di tengah krisis iklim.

Kemerdekaan tidak hanya berarti bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari pola pembangunan yang merusak lingkungan. Kemerdekaan sejati tercapai ketika rakyat Indonesia bisa hidup di tanah yang subur, menghirup udara segar, mengonsumsi air bersih, dan mewariskan planet yang layak untuk generasi mendatang.

Film Merah Putih: One for All boleh jadi tontonan menghibur dengan nuansa nasionalisme. Namun, ingatlah bahwa mencintai Indonesia tidak sekadar mengibarkan bendera, tetapi juga melindungi setiap pohon, menjaga kebersihan sungai, dan memastikan udara tetap bersih.

Jika kita ingin merayakan kemerdekaan yang sesungguhnya, maka perjuangan terbesar saat ini adalah melawan krisis iklim—pertempuran yang menentukan masa depan bangsa lebih dari sekadar menyelamatkan bendera di layar film.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan