Ambulans Mulan Jameela Siaga Layani Pasien dan Tanggap Bencana

Ambulans Mulan Jameela: Inisiatif Sosial atau Pencitraan Politik Jelang Pilkada?

Jakarta – Di tengah memanasnya suhu politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2025, aksi sosial anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra Mulan Jameela melalui Ambulans Mulan Jameela Center menyita perhatian. Layanan ambulans ini, yang telah aktif mengantar pasien dan membantu korban bencana di Tasikmalaya, dinilai sebagai bentuk pengabdian nyata. Namun, di baliknya, muncul pertanyaan: sejauh mana inisiatif ini murni altruistik atau memiliki muatan politis?

Konteks: Pelayanan di Tengah Keterbatasan Fasilitas Kesehatan

Pada 12 Agustus 2025, ambulans milik Mulan Jameela mengantar seorang warga Desa Cilampuyan yang sakit ke Rumah Sakit Permata Bunda. Layanan ini bukan kali pertama dilakukan. Ambulans tersebut telah menjadi “penolong darurat” di Tasikmalaya, termasuk saat banjir bandang melanda Kecamatan Sukaresik beberapa waktu lalu.

“Bagi warga, ambulans ini lebih dari sekadar kendaraan darurat. Menjadi simbol kepedulian yang datang tanpa memandang waktu, jarak, atau status sosial,” ungkap Mulan Jameela dalam keterangan tertulisnya.

Fakta bahwa banyak daerah di Indonesia masih kekurangan akses layanan kesehatan darurat memberi nilai tambah pada inisiatif ini. Namun, pertanyaan kritisnya: apakah program ini benar-benar mandiri atau bagian dari skema politik Partai Gerindra?

Analisis Dampak: Solusi Nyata atau Alat Pencitraan?

1. Siapa yang Diuntungkan?

   • Warga Tasikmalaya: Mendapat akses layanan ambulans gratis, terutama di daerah dengan fasilitas kesehatan terbatas.
   • Mulan Jameela & Partai Gerindra: Membangun citra sebagai politisi yang pro-rakyat, yang bisa menjadi modal politik jelang Pilkada.

2. Dampak Jangka Panjang

   • Jika ini murni inisiatif sosial, dapat mendorong keterlibatan lebih banyak pihak swasta atau politisi dalam aksi serupa.
   • Namun, jika hanya alat kampanye, efektivitasnya bisa dipertanyakan ketika momentum politik berlalu.

3. Mengapa Pembaca Harus Peduli?
   Politisasi layanan kesehatan bukan hal baru di Indonesia. Jika tidak dikelola transparan, bisa menciptakan ketergantungan masyarakat pada bantuan parsial alih-alih mendorong perbaikan sistem kesehatan nasional.

Perspektif Lain: Antara Kebutuhan dan Motivasi Politik

Beberapa analis politik menilai, langkah Mulan Jameela selaras dengan arahan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang mendorong kader untuk “hadir memberi solusi nyata bagi rakyat“. Namun, tidak dapat diabaikan bahwa Partai Gerindra sedang menguatkan basis di Jawa Barat, termasuk Tasikmalaya, sebagai kantong suara penting.

“Dari mengantar pasien hingga merambah ke aksi kemanusiaan saat bencana, perjalanannya adalah bukti bahwa pelayanan publik tak selalu harus menunggu program pemerintah,” kata Mulan.

Pernyataan ini bisa dibaca dua cara: sebagai kritik halus terhadap kinerja pemerintah dalam pelayanan kesehatan atau sebagai upaya positioning bahwa politisi pun bisa menjadi solusi.

Proyeksi Ke Depan

Keberlanjutan program ini akan menjadi kunci. Jika ambulans tetap aktif bahkan setelah Pilkada usai, maka klaim niat baik Mulan Jameela lebih mudah dipercaya. Namun, jika layanan ini tiba-tiba meredup, publik mungkin akan melihatnya sebagai bagian dari political charity—bantuan yang diberikan hanya untuk meraih simpati sesaat.

Yang pasti, inisiatif ini telah mencatatkan satu hal: di tengah sistem kesehatan yang belum merata, bahkan satu ambulans pun bisa menjadi penentu hidup-mati bagi warga biasa. Pertanyaannya kini: apakah ini langkah awal perubahan atau sekadar bantuan semu di musim politik?

(akd/akd)

Baca juga Berita lainnya di News Page