Virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi kembali menjadi sorotan dengan melonjaknya kasus di sejumlah negara. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), infeksi ini memicu gejala utama berupa demam tinggi disertai nyeri sendi parah yang dapat berlangsung berkepanjangan.
Wabah terbaru di China telah mencapai lebih dari 8.000 kasus, terutama berpusat di Kota Foshan yang terletak 260 kilometer dari Zhanjiang. Otoritas setempat menerapkan protokol ketat mirip kebijakan nol COVID, termasuk isolasi wajib di rumah sakit dengan pengawasan ketat. Pasien baru diperbolehkan pulang setelah hasil tes negatif atau menjalani perawatan minimal tujuh hari.
Upaya pencegahan diperkuat dengan penggunaan drone untuk memantau area perkembangbiakan nyamuk. Temuan unik muncul dengan adanya spesies “nyamuk gajah” yang larvanya memangsa nyamuk pembawa virus. Pemerintah AS bahkan mengeluarkan peringatan perjalanan level 2 untuk China, mendorong warga negaranya meningkatkan kewaspadaan.
Sebuah insiden kontroversial terekam di Zhanjiang ketika petugas kesehatan didampingi polisi mengambil sampel darah dua anak tanpa persetujuan orang tua. Tindakan ini dilakukan setelah laporan apotek mengenai demam pada salah satu anak.
Di Singapura, kasus chikungunya menunjukkan peningkatan signifikan dengan 17 laporan hingga awal Agustus 2024—lebih dari dua kali lipat angka periode sama tahun sebelumnya. Lonjakan tertinggi terjadi pada Juni dan Juli setelah sebelumnya hanya tercatat dua kasus per bulan. Data historis menunjukkan fluktuasi kasus, termasuk puncak 1.059 infeksi pada 2013 setelah sebelumnya sempat turun drastis.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah penulis di thecuy.com, sebuah website yang berfokus membagikan tips keuangan, investasi, dan cara mengelola uang dengan bijak, khususnya untuk pemula yang ingin belajar dari nol.
Melalui thecuy.com, saya ingin membantu pembaca memahami dunia finansial tanpa ribet, dengan bahasa yang sederhana.