Pasar aset kripto diperkirakan masih akan menghadapi tantangan untuk kembali ke tren kenaikan harga, meskipun muncul beberapa indikasi penguatan. Hal ini terjadi seiring dengan dominasi aksi ambil untung (profit taking) yang melanda sektor tersebut.
Data terbaru dari CoinShare menunjukkan aliran dana keluar pertama dalam 15 minggu terakhir dari produk investasi kripto, mencapai US$223 juta. Fenomena ini muncul setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang mengindikasikan kebijakan moneter ketat dan rilis data ekonomi Amerika Serikat yang melampaui ekspektasi.
Bitcoin (BTC) menjadi salah satu aset yang paling terpengaruh. Menurut pantauan Coinmarketcap pada Jumat lalu, BTC mengalami kenaikan 1,75% dalam 24 jam terakhir dan menguat 1,31% selama seminggu, dengan harga mencapai US$116.856 atau setara Rp1,90 miliar (kurs Rp16.294 per dolar AS). Angka ini lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya, di mana BTC diperdagangkan pada level US$114.721 atau sekitar Rp1,87 miliar.
Namun, analisis Coinmarketcap menyebutkan bahwa momentum pemulihan BTC terhambat oleh banyaknya sinyal penurunan (bearish) yang muncul dari pasar on-chain dan derivatif.
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penurunan transaksi kripto sebesar 34,83% pada Juni 2025 menjadi Rp32,31 triliun, turun dari Rp49,57 triliun di bulan sebelumnya. Oscar Darmawan, Chairman Indodax, menyatakan bahwa fluktuasi semacam ini merupakan bagian dari dinamika normal pasar kripto.
Ia menjelaskan bahwa penurunan transaksi dipengaruhi oleh faktor global dan domestik, termasuk fase konsolidasi setelah rally bullish yang dimulai sejak April. Menurutnya, banyak investor memilih mengambil keuntungan, sehingga volume perdagangan menurun.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page
Owner Thecuy.com
Waduh, udah deg-degan duluan nih baca judulnya. Bullish mau gagal total? Jangan dong, lagi nyicil dikit-dikit juga ini. Kira-kira masih ada harapan cuan gak ya, guys? 😅