PT Global Digital Niaga Tbk (BEI: BELI), perusahaan yang mengoperasikan platform Blibli, mengumumkan hasil keuangan yang menggembirakan untuk kuartal kedua (Q2) 2025. Pendapatan bersih terkonsolidasi meningkat sebesar 25% year-on-year (yoy) menjadi Rp4,9 triliun, sebuah kemajuan dari Rp3,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam periode semesteran, pendapatan mengalami pertumbuhan sebesar 22% yoy menjadi Rp9,6 triliun.
Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan penjualan di seluruh lini bisnis, terutama kategori elektronik konsumen, ekspansi jaringan toko fisik, dan performa mengesankan dari bisnis online travel agent (OTA). Terlepas dari persaingan pasar yang intens, perusahaan terus menggenjot profitabilitas dengan menekan rasio beban operasional terhadap total nilai transaksi (TPV) dari 7,5% pada semester I 2024 menjadi 7,2% pada semester I 2025.
Segmen ritel 1P mencatatkan pertumbuhan yang luar biasa, dengan laba bruto sebelum diskon (GPBD) meroket sebesar 125% yoy pada kuartal II 2025 mencapai Rp250 miliar. Take rate segmen ini juga meningkat hingga 23% pada semester pertama 2025. Segmen ritel 3P membukukan peningkatan GPBD sebesar 20% yoy, sementara segmen toko fisik tumbuh 71% yoy, didukung oleh penjualan smartphone dan pembukaan delapan toko baru.
Menurut CEO Blibli Kusumo Martanto, perusahaan akan terus memprioritaskan disiplin operasional dan strategi jangka panjang. “Kami memperkukuh portofolio produk unggulan, menyeimbangkan alokasi investasi pemasaran ke saluran yang paling efektif, serta mengoptimalkan sinergi ekosistem Blibli Tiket,” katanya.
Blibli juga melaporkan berbagai inisiatif keberlanjutan, termasuk program daur ulang kemasan, pengiriman yang lebih ramah lingkungan, dan kegiatan amal untuk anak-anak yang membutuhkan.
Dengan fondasi operasional yang semakin solid, Blibli dengan percaya diri melanjutkan pertumbuhan di semester kedua 2025 melalui strategi omnichannel, peningkatan kemampuan logistik, dan inovasi produk.
Berikut adalah ikhtisar laporan keuangan Blibli yang dipublikasikan melalui keterbukaan BEI:
1. Kinerja Keuangan
- Pendapatan Neto: Rp 9,60 triliun, meningkat dari Rp 7,85 triliun pada periode yang sama tahun 2024 (pertumbuhan sekitar 22% YoY).
- Laba Bruto: Rp 1,77 triliun, meningkat dari Rp 1,55 triliun YoY.
- Rugi Usaha: Rp 1,14 triliun, relatif stabil dibandingkan rugi sebesar Rp 1,15 triliun pada tahun 2024.
- Rugi Bersih: Rp 1,27 triliun (2024: Rp 1,18 triliun).
- Rugi per Saham Dasar: Rp 9 (2024: Rp 10).
2. Posisi Keuangan
- Total Aset: Rp 17,39 triliun (naik dari Rp 16,16 triliun per 31 Desember 2024).
- Total Liabilitas: Rp 7,68 triliun (naik dari Rp 6,35 triliun).
- Total Ekuitas: Rp 9,71 triliun (sedikit menurun dari Rp 9,81 triliun).
- Kenaikan aset terutama disebabkan oleh kenaikan inventaris (Rp 2,91 triliun vs Rp 1,89 triliun) dan piutang usaha.
- Liabilitas jangka pendek meningkat secara signifikan, terutama berasal dari utang bank jangka pendek (Rp 2,66 triliun vs Rp 1,56 triliun).
3. Arus Kas
- Arus Kas Operasi: Defisit Rp 2,56 triliun (lebih besar dibandingkan defisit Rp 2,02 triliun pada tahun 2024).
- Arus Kas Investasi: Defisit Rp 122 miliar (turun dari defisit Rp 1,08 triliun pada tahun 2024, yang disebabkan oleh akuisisi entitas anak di tahun sebelumnya).
- Arus Kas Pendanaan: Surplus Rp 2,04 triliun (lebih rendah dari Rp 2,78 triliun pada tahun 2024).
- Saldo Kas Akhir: Rp 1,81 triliun (turun dari Rp 2,45 triliun per akhir tahun 2024).
4. Perubahan Modal
- Perusahaan menerbitkan saham baru melalui program MESOP dan penambahan modal tanpa HMETD, yang mengakibatkan peningkatan modal disetor menjadi Rp 33,47 triliun dan tambahan modal disetor menjadi Rp 3,63 triliun.
–
Disclosure: Artikel ini dihasilkan menggunakan teknologi AI dengan pengawasan dari penulis konten
Dapatkan juga Berita Terkini lainnya di Berita Terkini.
