Script Termux Bikin Emosi? Ternyata Cuma 7 Ini Biang Keroknya, Fix di Semua HP Android

admin

By admin

Pernah nggak sih, kamu lagi semangat-semangatnya nemu tool atau script Termux keren di GitHub, katanya bisa ini-itu, tapi pas dieksekusi, yang keluar malah rentetan tulisan merah yang bikin pusing tujuh keliling? Rasanya kayak udah siap tempur, eh senjatanya malah macet. Emosi, kan? Gue jamin, hampir semua pengguna Termux, dari yang baru belajar sampai yang udah lumayan jago, pasti pernah merasakan drama yang sama. Kamu mulai menyalahkan script-nya, developernya, bahkan sampai HP kentangmu yang jadi kambing hitam.

Tenang, bro. Tarik napas dulu. Setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia Termux dan oprek-oprek Android, gue bisa bilang dengan yakin: 90% masalahnya bukan pada script itu sendiri. Masalahnya ada pada “rumah” tempat script itu berjalan, yaitu lingkungan Termux di HP kamu. Seringkali, biang keroknya adalah hal-hal sepele yang terlewatkan. Ini bukan sihir, ini cuma soal logika dan persiapan.

Nah, daripada kamu banting HP setiap kali ketemu error, mending kita bedah tuntas 7 biang kerok utama yang paling sering bikin script Termux ngambek. Anggap aja ini “kitab suci” troubleshooting Termux kamu. Setelah baca ini, gue jamin kamu bakal bisa bilang “Fix!” di hampir semua HP Android.

1. Dependensi yang Hilang atau Usang: Musuh dalam Selimut Paling Umum

Ini dia jawaranya, tersangka nomor satu yang bertanggung jawab atas lebih dari separuh kasus “script tidak berjalan”.

Analoginya Gini: Bayangin kamu mau merakit sebuah lemari canggih dari Swedia. Kamu udah punya papan-papan utamanya (script-nya), tapi kamu nggak punya baut, mur, obeng, dan kunci L (dependensinya). Apa yang terjadi? Ya kamu cuma bisa mandangin tumpukan kayu itu sambil garuk-garuk kepala. Lemari nggak bakal jadi.

Dependensi adalah program, library, atau package lain yang dibutuhkan oleh sebuah script agar bisa berjalan dengan sempurna. Script yang kamu jalankan itu nggak hidup sendiri, dia butuh “alat bantu” lain yang sudah ter-install di sistem Termux kamu. kami juga sudah menyiapkan panduan lengkap cara install script di Termux.

Gejala yang Muncul:
Pesan error yang keluar biasanya sangat jelas, meskipun kadang bikin panik.

  • Untuk script Bash (.sh):
    bash
    bash: nama_command: command not found

    Ini artinya, script kamu mencoba memanggil sebuah perintah (misalnya curl, wget, nmap), tapi perintah itu belum kamu install di Termux.
  • Untuk script Python (.py):
    bash
    Traceback (most recent call last):
    File "nama_script.py", line 5, in <module>
    import requests
    ModuleNotFoundError: No module named 'requests'

    Ini pesan cinta dari Python yang bilang, “Bro, gue butuh modul bernama ‘requests’ buat kerja, tapi nggak gue temuin di mana-mana.”
  • Untuk script Node.js (.js):
    bash
    Error: Cannot find module 'chalk'

    Sama seperti Python, Node.js juga butuh modulnya sendiri.

Solusi Jitu-nya:

Ini adalah ritual wajib yang harus kamu lakukan bahkan sebelum kamu mencoba menjalankan script apapun. Anggap ini sebagai pemanasan.

  1. Update & Upgrade Gudang Senjata Kamu:
    Perintah ini seperti memerintahkan kepala gudang untuk mengecek daftar stok terbaru dan memperbarui semua peralatan yang ada. Buka Termux dan ketik:
    bash
    pkg update && pkg upgrade

    Tekan Y kalau ada konfirmasi. Perintah pkg update menyegarkan daftar paket yang tersedia dari repository (sumber paket), sementara pkg upgrade akan meng-upgrade semua paket yang sudah ter-install ke versi terbaru. Ini penting banget untuk menghindari konflik versi.
  2. Baca Petunjuk Instalasi (README.md):
    Ini kebiasaan yang sering banget dilewatkan. Setiap developer script yang baik pasti menyertakan file README.md di halaman GitHub-nya. Di sana, biasanya ada bagian “Installation” atau “Requirements” yang berisi daftar semua dependensi yang kamu butuhkan.
  3. Install Dependensi Sesuai Bahasa Pemrograman:
    • Untuk Sistem (Bash/Shell):
      Lihat di README.md, biasanya ada perintah seperti pkg install python git curl php. Jalankan saja perintah itu. Jika tidak ada petunjuk, kamu harus “membaca” script-nya. Lihat perintah-perintah aneh di dalamnya. Misalnya, kalau ada baris curl -s ..., berarti kamu butuh curl. Langsung install dengan pkg install curl.
    • Untuk Python:
      Developer Python yang pro biasanya menyertakan file bernama requirements.txt. File ini adalah daftar belanjaan semua modul Python yang dibutuhkan. Cara install-nya gampang banget:
      bash
      # Pastikan kamu sudah install pip
      pkg install python
      # Masuk ke direktori script-nya
      cd nama_folder_script
      # Install semua modul yang ada di daftar
      pip install -r requirements.txt

      Kalau nggak ada requirements.txt? Terpaksa kamu harus jadi detektif. Jalankan script-nya, lihat error ModuleNotFoundError: No module named 'NAMA_MODUL'. Nah, install modul itu manual: pip install NAMA_MODUL. Ulangi terus sampai tidak ada error modul lagi.
    • Untuk Node.js:
      Sama seperti Python, biasanya ada file package.json. Cara install-nya:
      bash
      # Pastikan sudah install nodejs dan npm
      pkg install nodejs
      # Masuk ke direktori script
      cd nama_folder_script
      # Install dependensi
      npm install
    • Untuk PHP:
      Kadang pakai composer.json. Caranya mirip:
      bash
      # Pastikan sudah install php dan composer
      pkg install php composer
      # Masuk ke direktori
      cd nama_folder_script
      # Install
      composer install

Membiasakan diri mengecek dan meng-install dependensi adalah 80% kunci sukses menjalankan script orang lain. Jangan pernah meremehkan langkah ini.

2. Masalah Izin File (Permission Denied): Si Penjaga Pintu yang Galak

Ini adalah biang kerok kedua yang paling sering bikin frustrasi. Kamu sudah yakin semua dependensi lengkap, tapi pas script-nya mau dieksekusi, Termux malah teriak: Permission denied.

Analoginya Gini: Kamu punya tiket bioskop (script-nya sudah ada), kamu juga sudah di depan pintu studio (dependensi lengkap). Tapi saat kamu mau masuk, satpamnya (sistem Android) menahan kamu. Kenapa? Karena tiket kamu cuma tiket biasa, bukan tiket “VIP” yang mengizinkan kamu membuka pintu itu sendiri. Kamu butuh stempel khusus “Boleh Masuk” di tiketmu.

Di dunia Linux (dan Termux adalah emulator terminal Linux), setiap file punya properti izin (permission). Ada tiga izin dasar:
* r (read): Izin untuk membaca isi file.
* w (write): Izin untuk mengubah atau menghapus file.
* x (execute): Izin untuk menjalankan file tersebut sebagai program/script.

Saat kamu men-download script dari internet (misalnya pakai git clone atau wget), secara default file itu tidak punya izin eksekusi (x). Sistem menganggapnya hanya sebagai file teks biasa. Kamu harus secara manual memberikan izin itu.

Gejala yang Muncul:
Sangat spesifik dan hampir selalu sama.

  • Saat mencoba menjalankan script .sh:
    bash
    bash: ./nama_script.sh: Permission denied
  • Saat mencoba menjalankan script Python dengan cara ./nama_script.py:
    bash
    zsh: permission denied: ./nama_script.py

Solusi Jitu-nya:

Sangat mudah, cuma butuh satu perintah sakti: chmod. Perintah ini adalah si “pemberi stempel VIP”.

  1. Berikan Izin Eksekusi:
    Masuk ke direktori tempat script kamu berada. Lalu ketik:
    bash
    chmod +x nama_script.sh

    Atau untuk file apapun yang ingin kamu eksekusi:
    bash
    chmod +x nama_file_script

    chmod artinya Change Mode, dan +x artinya tambahkan (+) izin eksekusi (x). Setelah menjalankan perintah ini, coba eksekusi lagi script-mu. 99% masalah Permission denied saat eksekusi langsung teratasi.
  2. Kasus Khusus: Izin Penyimpanan (Storage Permission):
    Ini jenis Permission denied yang berbeda. Kadang, script-nya berjalan, tapi di tengah jalan berhenti dengan error yang mirip, terutama saat mencoba membaca atau menulis file di luar folder internal Termux (misalnya di folder Download atau Internal Storage).
    cannot create file '/sdcard/Download/hasil.txt': Permission denied
    Analoginya: Kamu sudah diizinkan masuk ke gedung bioskop, tapi kamu mau masuk ke ruang proyektor yang terkunci. Tentu kamu butuh izin tambahan dari manajer gedung.

    Solusinya adalah menjalankan perintah setup penyimpanan Termux. Perintah ini hanya perlu dijalankan sekali seumur hidup (kecuali kamu install ulang Termux).
    bash
    termux-setup-storage

    Setelah itu, akan muncul pop-up dari sistem Android yang meminta izin akses ke penyimpanan. Pilih “Izinkan” atau “Allow”. Ini akan membuat folder storage di dalam direktori home Termux kamu, yang merupakan shortcut ke penyimpanan internal HP-mu.

Jadi, ingat ya. Permission denied ada dua rasa: izin eksekusi (chmod +x) dan izin akses penyimpanan (termux-setup-storage). Kenali gejalanya dan berikan solusi yang tepat.

3. Repository yang Error atau Lambat: Sumber Air yang Mampet

Kamu sudah menjalankan pkg update, tapi prosesnya lambat banget atau bahkan berhenti dengan tulisan Repository is under maintenance atau 404 Not Found. Ini artinya, “toko” tempat Termux belanja paket lagi tutup, pindah, atau jalannya macet parah.

Analoginya Gini: Kamu mau belanja bahan makanan ke supermarket langganan kamu. Tapi ternyata supermarketnya lagi direnovasi atau jalan menuju ke sana macet total. Kamu nggak akan bisa belanja, kan? Solusinya? Pindah ke supermarket lain yang buka dan jalannya lancar.

Repository adalah server di internet yang menyimpan semua paket (aplikasi, library) yang bisa kamu install melalui pkg. Termux punya beberapa pilihan repository resmi yang tersebar di seluruh dunia. Kadang, repository yang terpilih secara otomatis untuk lokasimu sedang bermasalah.

Gejala yang Muncul:

  • Proses pkg update atau pkg install sangat lambat, kecepatan download cuma beberapa KB/s.
  • Muncul error seperti:
    Err:1 https://packages.termux.org/apt/termux-main stable InRelease
    Could not resolve 'packages.termux.org'

    atau
    404 Not Found [IP: ...]

Solusi Jitu-nya:

Jangan pasrah. Ganti “supermarket” kamu! Termux sudah menyediakan alat untuk ini.

  1. Jalankan Perintah Ganti Repository:
    Ketik perintah ini di Termux:
    bash
    termux-change-repo
  2. Pilih Repository:
    Akan muncul sebuah menu interaktif. Kamu akan diminta memilih repository mana yang mau diubah. Biasanya ada Main, Science, dan Game. Cukup tekan Enter saja untuk memilih semua yang sudah ditandai (*).
  3. Pilih Cermin (Mirror) Terbaik:
    Selanjutnya, kamu akan disajikan daftar “cermin” atau mirror repository dari berbagai host di seluruh dunia. Di sinilah kuncinya.

    • Pro-Tip: Jangan asal pilih. Coba pilih mirror yang secara geografis dekat dengan Indonesia atau yang dikelola oleh host ternama. Beberapa pilihan yang seringkali cepat untuk pengguna di Asia Tenggara adalah:
      • Mirror by Grimler (seringkali yang paling update dan stabil)
      • Mirrors.ustc.edu.cn (Tiongkok, tapi seringkali cepat)
      • A1CY.COM

    Gunakan tombol panah atas/bawah untuk memilih, dan spasi untuk menandai/menghilangkan tanda. Pilih salah satu, lalu tekan Enter.

  4. Tunggu dan Coba Lagi:
    Termux akan secara otomatis mengkonfigurasi ulang sumber paketnya. Setelah selesai, coba lagi jalankan ritual wajib:
    bash
    pkg update && pkg upgrade

    Seharusnya sekarang prosesnya jauh lebih cepat dan lancar. Kalau masih lambat, ulangi lagi langkah di atas dan pilih mirror yang lain.

Mengganti repository adalah skill dasar yang sangat ampuh untuk memastikan “aliran logistik” paket ke Termux kamu selalu lancar.

4. Versi Bahasa Pemrograman yang Tidak Cocok: Beda Generasi, Beda Bahasa

Ini masalah yang lebih halus dan seringkali menjebak pengguna tingkat menengah. Semua dependensi sudah ter-install, izin sudah beres, tapi script tetap error dengan pesan yang aneh dan tidak berhubungan dengan “module not found”.

Analoginya Gini: Kamu adalah seorang ahli bahasa Inggris modern. Lalu seseorang memberimu naskah tulisan Shakespeare dari abad ke-16. Meskipun sama-sama bahasa Inggris, banyak sekali kata-kata, tata bahasa, dan idiom yang berbeda (thee, thou, hath). Kamu mungkin bisa mengerti garis besarnya, tapi kamu akan kesulitan memahami detailnya dan bisa salah mengartikan.

Hal yang sama persis terjadi di dunia pemrograman. Yang paling terkenal adalah perang antara Python 2 dan Python 3. Keduanya adalah Python, tapi punya sintaks yang berbeda secara fundamental.
* Python 2: print "Hello World"
* Python 3: print("Hello World")

Sebuah script yang ditulis untuk Python 2 akan menghasilkan SyntaxError jika dijalankan menggunakan interpreter Python 3, dan sebaliknya. Saat ini, standar industri adalah Python 3, tapi masih banyak tools lawas (terutama di bidang security) yang belum di-update dan masih menggunakan Python 2.

Gejala yang Muncul:

  • SyntaxError: Ini adalah tanda paling jelas.
    bash
    File "nama_script.py", line 10
    print "Mencoba target..."
    ^
    SyntaxError: Missing parentheses in call to 'print'. Did you mean print("Mencoba target...")?

    Error ini sudah sangat baik hati memberitahu bahwa script ini kemungkinan besar ditulis untuk Python 2.
  • Perilaku Aneh: Script berjalan tanpa error tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Ini bisa terjadi karena perbedaan cara penanganan tipe data (misalnya pembagian angka) antara versi bahasa.

Solusi Jitu-nya:

Jadilah bunglon! Kamu harus bisa menyediakan lingkungan yang tepat sesuai kebutuhan script.

  1. Identifikasi Kebutuhan Script:
    • Baca README.md: Lagi-lagi, ini langkah pertama. Developer yang baik akan bilang, “This script requires Python 3.6+” atau “Developed on Python 2.7”.
    • Lihat “Shebang”: Buka file script-nya dengan editor teks (misalnya nano nama_script.py). Lihat baris paling atas. Baris ini disebut shebang dan memberitahu sistem interpreter mana yang harus digunakan.
      • #!/usr/bin/env python: Ini ambigu, bisa Python 2 atau 3 tergantung default sistem.
      • #!/usr/bin/env python2: Jelas, butuh Python 2.
      • #!/usr/bin/env python3: Jelas, butuh Python 3.
  2. Install Versi yang Tepat:
    Termux mengizinkan kamu meng-install beberapa versi Python secara bersamaan.

    • Untuk Python 3 (standar saat ini):
      bash
      pkg install python

      Perintahnya akan menjadi python atau python3.
    • Untuk Python 2 (versi lawas):
      bash
      pkg install python2

      Perintahnya akan menjadi python2.
  3. Jalankan Script dengan Interpreter yang Benar:
    Jangan hanya menjalankan dengan ./nama_script.py. Panggil interpreter-nya secara eksplisit.

    • Jika script butuh Python 3:
      bash
      python nama_script.py
    • Jika script butuh Python 2:
      bash
      python2 nama_script.py

Masalah ini juga bisa terjadi pada bahasa lain seperti PHP (misalnya script lawas butuh PHP 5.x tapi kamu install PHP 8.x) atau Node.js, tapi kasus Python 2 vs 3 adalah yang paling ikonik dan sering ditemui.

5. Kesalahan Path atau Lingkungan: Kurir yang Bingung Cari Alamat

Ini adalah masalah yang sedikit lebih teknis, tapi sangat penting untuk dipahami. Kadang, script kamu gagal bukan karena ada yang kurang, tapi karena “dia tidak tahu di mana harus mencari”.

Analoginya Gini: Kamu menyuruh seorang kurir untuk mengambil paket di “ruang kerja”. Bagi kamu, “ruang kerja” itu jelas ada di kamarmu. Tapi bagi si kurir yang orang luar, dia tidak tahu “ruang kerja” itu ada di mana. Apakah di lantai 1? Di belakang? Apakah nama gedungnya “Rumah”? Tanpa alamat yang lengkap dan jelas (misal: “Jalan Kenangan No. 10, Kamar Tidur Utama, Meja Sudut”), kurir itu akan gagal.

Di Termux, ada dua konsep utama yang berhubungan dengan ini:
* PATH Environment Variable: Ini adalah daftar “alamat” folder di mana Termux akan mencari sebuah perintah. Saat kamu mengetik python, sistem akan mencari file bernama python di semua folder yang terdaftar di $PATH.
* Working Directory: Ini adalah folder di mana kamu saat ini berada. Saat script mencoba membuka file lain (misalnya file konfigurasi config.txt), dia akan mencarinya di working directory saat itu, kecuali jika diberi alamat lengkap.

Gejala yang Muncul:

  • command not found: Meskipun kamu yakin sudah meng-install-nya. Ini bisa terjadi jika lokasi instalasi program tidak ada di dalam $PATH. (Jarang terjadi di Termux standar, tapi bisa terjadi jika kamu meng-install sesuatu secara manual).
  • No such file or directory: Script berjalan, tapi gagal saat mencoba membuka atau membaca file lain.
    FileNotFoundError: [Errno 2] No such file or directory: 'config.ini'
    Ini adalah gejala paling umum.

Solusi Jitu-nya:

Pastikan kamu berada di “alamat” yang benar dan memberikan petunjuk yang jelas.

  1. Selalu Jalankan Script dari Direktori Asalnya:
    Ini adalah solusi untuk 99% masalah FileNotFoundError. Jangan menjalankan script dari direktori home jika script-nya ada di dalam sub-folder.

    Contoh Salah:
    Kamu ada di ~ (home directory). Script-nya ada di ~/keren-tool/tool.py.
    “`bash

    JANGAN LAKUKAN INI

    python keren-tool/tool.py
    ``
    Jika
    tool.pymencoba membuka filewordlist.txtyang juga ada di dalam folderkeren-tool, dia akan gagal karena dia mencarinya di~, bukan di~/keren-tool`.

    Contoh Benar:
    Pindah dulu ke folder yang benar.
    “`bash

    Pindah direktori dulu

    cd keren-tool

    Baru jalankan scriptnya

    python tool.py
    “`
    Dengan cara ini, working directory kamu sudah benar, dan script bisa menemukan semua file pendukungnya.

  2. Pahami Shebang #!/usr/bin/env:
    Ini sedikit advanced, tapi bagus untuk diketahui. Kadang kamu lihat shebang seperti ini:
    #!/usr/bin/python
    Ini disebut hardcoded path. Ini buruk, karena di Termux, path yang benar mungkin /data/data/com.termux/files/usr/bin/python.

    Shebang yang baik adalah:
    #!/usr/bin/env python
    Ini menyuruh sistem: “Cari program bernama python di mana pun dia berada sesuai variabel $PATH, lalu gunakan itu untuk menjalankan script ini.” Ini jauh lebih portabel dan merupakan praktik terbaik. Jika kamu membuat script sendiri, selalu gunakan format env.

Jurus Pamungkas: SOP Wajib Sebelum Eksekusi Script Termux Apapun

Merasa pusing dengan semua kemungkinan di atas? Oke, mari kita sederhanakan menjadi sebuah Standard Operating Procedure (SOP) atau checklist yang bisa kamu gunakan setiap kali menemukan script Termux baru. Lakukan ini secara berurutan, dan kemungkinan kamu kena emosi akan turun drastis.

  1. Langkah 0: Persiapan Kandang
    • Pastikan Termux kamu up-to-date: pkg update && pkg upgrade -y.
    • Pastikan izin penyimpanan sudah diberikan: termux-setup-storage.
    • Pastikan repository lancar. Kalau ragu, jalankan termux-change-repo dan pilih mirror yang bagus.
  2. Langkah 1: Observasi & Investigasi
    • Buka halaman GitHub script tersebut.
    • BACA README.md! Ini hukumnya wajib. Cari bagian “Requirements”, “Installation”, atau “Dependencies”. Catat apa saja yang dibutuhkan.
    • Clone repository-nya: git clone URL_GITHUB_NYA.
    • Masuk ke direktorinya: cd NAMA_FOLDER_SCRIPT.
  3. Langkah 2: Inspeksi File
    • Gunakan perintah ls -a untuk melihat semua file, termasuk yang tersembunyi.
    • Apakah ada requirements.txt (untuk Python)? package.json (untuk Node.js)? composer.json (untuk PHP)?
    • Buka file script utamanya (misal nano a.py atau nano b.sh).
      • Lihat baris paling atas (shebang). Apakah butuh python2 atau python3?
      • Scrolling cepat. Lihat apakah ada path yang aneh atau hardcoded seperti /home/kali/ atau C:\Users\. Ini tanda bahaya.
  4. Langkah 3: Penuhi Kebutuhannya
    • Install dependensi sistem: pkg install ... (sesuai yang kamu catat dari README).
    • Install dependensi bahasa:
      • pip install -r requirements.txt (jika ada)
      • npm install (jika ada)
      • composer install (jika ada)
  5. Langkah 4: Beri Izin & Eksekusi
    • Beri izin eksekusi: chmod +x nama_scriptnya.
    • Eksekusi dengan cara yang paling aman (panggil interpreter-nya langsung dari dalam direktorinya):
      • python nama_script.py
      • python2 nama_script.py
      • bash nama_script.sh
      • node nama_script.js

Dengan mengikuti SOP ini, kamu secara proaktif sudah menangani 5 biang kerok utama sebelum mereka sempat membuatmu marah.

6. Struktur Script yang “Kotor” atau Tidak Portabel

Oke, kadang masalahnya memang bukan 100% dari sisi kamu. Bisa jadi, script yang kamu download memang dibuat dengan “jorok” atau hanya untuk lingkungan spesifik si pembuat.

Analoginya Gini: Seseorang memberimu resep kue. Tapi resep itu ditulis dengan asumsi kamu punya oven merk “SuperOven X2000” dan mixer “MixMaster Pro”, serta bahannya harus dari supermarket “organik” di kota si penulis. Saat kamu coba membuatnya dengan oven dan mixer standarmu, hasilnya gosong atau nggak ngembang. Resepnya tidak portabel.

Gejala yang Muncul:

  • Hardcoded Paths: Ini yang paling sering. Script-nya mencoba mengakses file di lokasi absolut yang cuma ada di komputer si pembuat.
    • Contoh di script: open('/home/kali/Documents/wordlist.txt', 'r')
    • Error yang muncul: FileNotFoundError: [Errno 2] No such file or directory: '/home/kali/Documents/wordlist.txt'
    • Jelas kamu nggak punya folder /home/kali/ di Termux.
  • Perbedaan End-of-Line (EOL): Ini masalah siluman yang sangat menyebalkan. Script yang ditulis di Windows menggunakan karakter EOL yang berbeda (CRLF) dari Linux/Termux (LF). Saat script Windows dijalankan di Termux, interpreter Bash bisa bingung dan mengeluarkan error aneh.
    • Gejala error: /usr/bin/env: 'bash\r': No such file or directory atau command aneh dengan ^M di belakangnya. Perhatikan \r itu, itu adalah si biang kerok CR (Carriage Return).

Solusi Jitu-nya:

Kamu harus jadi “mekanik” dan sedikit memodifikasi script itu.

  1. Perbaiki Hardcoded Paths:
    • Buka script dengan editor (nano nama_script.py).
    • Cari semua path absolut (yang diawali dengan /).
    • Ganti dengan path relatif. Misalnya, jika wordlist.txt ada di folder yang sama dengan script, ganti open('/home/kali/Documents/wordlist.txt', 'r') menjadi open('wordlist.txt', 'r').
    • Simpan perubahan (di nano, tekan Ctrl+X, lalu Y, lalu Enter).
  2. Konversi Format End-of-Line:
    • Termux punya alat untuk ini. Namanya dos2unix.
    • Install dulu jika belum ada: pkg install dos2unix.
    • Jalankan pada script yang bermasalah:
      bash
      dos2unix nama_script_dari_windows.sh
    • Perintah ini akan secara otomatis mengubah EOL dari format Windows ke format Unix. Coba jalankan lagi script-nya. Masalah \r atau ^M pasti hilang.

7. Limitasi Termux dan Arsitektur Android

Terakhir, ada kalanya kamu harus menerima kenyataan. Termux itu sakti, tapi dia bukan dewa. Ada beberapa hal yang memang tidak bisa dilakukannya karena batasan dari sistem operasi Android itu sendiri.

Analoginya Gini: Kamu punya mobil F1 di garasi rumahmu. Mobil itu sangat kencang dan canggih (Termux). Tapi kamu tinggal di komplek perumahan dengan banyak polisi tidur, jalan sempit, dan batas kecepatan 30 km/jam (Sistem Android). Kamu tidak akan pernah bisa merasakan potensi penuh mobil F1 itu di lingkungan tersebut. Kamu tidak bisa balapan.

Termux berjalan sebagai aplikasi biasa di atas Android, tanpa akses root secara default. Ini berarti:

  • Tidak Bisa Akses Raw Socket: Beberapa tools networking canggih (seperti ping tradisional atau beberapa fitur di nmap) butuh membuat paket jaringan dari nol (raw socket). Android melarang aplikasi biasa melakukan ini karena alasan keamanan. Inilah kenapa ping di Termux kadang butuh trik khusus atau tidak seandal di PC Linux.
  • Bukan Lingkungan Root: Kamu tidak bisa mengubah file sistem inti, meng-install kernel module, atau menjalankan layanan di port di bawah 1024. Banyak exploit atau tools pentesting level dewa yang butuh akses root, dan mereka tidak akan berjalan di Termux standar.
  • Arsitektur Prosesor (ARM vs x86): Sebagian besar HP Android menggunakan prosesor dengan arsitektur ARM (aarch64). Sementara itu, banyak program desktop Linux dikompilasi untuk arsitektur x86_64 (Intel/AMD). Kamu tidak bisa begitu saja menjalankan program x86 di perangkat ARM, kecuali melalui lapisan emulasi yang sangat lambat (seperti QEMU). Jika script yang kamu download mencoba menjalankan sebuah file biner yang sudah dikompilasi untuk arsitektur yang salah, itu pasti gagal.

Solusi Jitu-nya:

Manajemen ekspektasi dan pemahaman.

  1. Kenali Batasan: Sadarilah bahwa Termux adalah lingkungan Linux di userspace, bukan sistem operasi Linux penuh. Jangan berharap bisa melakukan semua hal yang bisa dilakukan di Kali Linux.
  2. Cari Alternatif: Seringkali, ada tools alternatif yang dibuat khusus untuk bekerja di dalam batasan Termux. Contohnya, daripada memaksa nmap dengan semua fiturnya, mungkin kamu bisa menggunakan tools lain yang lebih fokus pada port scanning sederhana.
  3. Gunakan Root (Jika Berani): Jika kamu benar-benar butuh fungsionalitas level dewa, satu-satunya jalan adalah dengan me-root HP kamu. Tapi ini adalah jalan ninja yang penuh risiko: garansi hilang, keamanan berkurang, dan bisa bikin HP jadi ganjelan pintu jika salah langkah. Ini hanya untuk pengguna yang benar-benar tahu apa yang mereka lakukan.

Kesimpulan: Dari Emosi Menjadi Ahli Forensik Digital

Jadi, lain kali ada script Termux yang error, jangan langsung lempar handuk (atau HP). Ingatlah 7 biang kerok ini. Masalahnya hampir selalu berputar di sekitar: dependensi yang kurang, izin yang salah, sumber paket yang macet, versi bahasa yang nggak jodoh, path yang nyasar, script yang jorok, atau memang ekspektasi yang terlalu tinggi.

Anggap setiap error bukan sebagai kegagalan, tapi sebagai teka-teki. Pesan error itu adalah petunjuknya. Dengan bersenjatakan pengetahuan dari artikel ini, kamu sekarang bukan lagi pengguna biasa yang panik. Kamu adalah seorang detektif, seorang ahli forensik digital yang bisa mendiagnosis masalah dengan tenang, memperbaikinya dengan tepat, dan akhirnya, menaklukkan script apapun yang kamu temui. Selamat mencoba, dan semoga tidak ada lagi emosi di antara kamu dan Termux

2 pemikiran pada “Script Termux Bikin Emosi? Ternyata Cuma 7 Ini Biang Keroknya, Fix di Semua HP Android”

  1. Waduh, Termux bikin emosi? Kirain cuma aku doang yang ngerasa. Ternyata cuma 7 script biang kerok? Fix deh, abis ini langsung cek Termux, kali aja ketemu jodohnya eh, biang keroknya. 😜 Kalian pernah ngalamin juga gak, script Termux bikin pengen banting HP?

    Balas
  2. Duh, judulnya bikin jantung dag dig dug, ternyata cuma 7? Kirain ada ratusan script jahat yang bikin HP-ku tiba-tiba jadi pabrik tahu. Mungkin script ke-8 nya adalah “script sabar menghadapi artikel clickbait”? Ada yang pernah ngalamin masalah script Termux lain selain 7 itu?

    Balas

Tinggalkan Balasan