Setelah mengalami peningkatan traction secara signifikan selama pandemi, platform healthtech, khususnya yang berfokus pada konsumen, sekarang menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan tingkat retensi pengguna. Ini juga menjadi salah satu fokus utama Halodoc, sebagai platform terdepan dalam penyediaan layanan kesehatan digital di Indonesia.
Untuk menggali lebih dalam mengenai langkah-langkah yang telah diambil Halodoc untuk tetap relevan bagi penggunanya pasca-pandemi, DailySocial berkesempatan mewawancarai Chief Marketing Officer Fibriyani Elastria.
Hingga pertengahan tahun 2025, Halodoc mencatat sekitar 20 juta pengguna aktif bulanan, yang didukung oleh lebih dari 20 ribu dokter berlisensi, 4.900 mitra farmasi, dan 40 mitra asuransi. Angka yang diungkapkan oleh Fibri ini cukup membuktikan bahwa kinerja bisnis Halodoc masih sangat menjanjikan. Lalu, strategi apa yang sebenarnya diterapkan?
Fibri menjelaskan bahwa layanan Halodoc kini telah berkembang komprehensif, mencakup layanan dari kuratif hingga preventif. “Saat ini, Halodoc juga menyediakan layanan vaksinasi, booster, tes lab, layanan dokter ke rumah, serta klinik digital seperti Haloskin dan Halofit yang menawarkan layanan yang lebih dipersonalisasi,” katanya.
Selain itu, model bisnis juga terus dikembangkan, tidak hanya menargetkan konsumen individu (B2C), tetapi juga memperluas portofolio ke ranah B2B. Hal ini diwujudkan melalui penyediaan layanan kesehatan bagi karyawan perusahaan, dengan dukungan sistem seperti Third-Party Administrator (TPA) untuk asuransi perusahaan dan Digital Cashless Outpatient (DCO) untuk berbagai mitra strategis di sektor kesehatan.
Masih fokus garap pasar lokal
Menurut laporan pendanaan yang diajukan ke regulator, seperti yang dilansir dari Alternatives.pe, total pendanaan yang telah diperoleh Halodoc hingga saat ini telah mencapai lebih dari US$250 juta. Beberapa investor utama termasuk Astra Digital, Singtel Innov8, GDP Venture, Temasek, Argor, UOB Venture Management, Openspace Ventures, dan lainnya.
Meskipun memiliki sumber daya yang cukup besar untuk melakukan ekspansi, Halodoc memilih untuk tetap berkonsentrasi pada pasar Indonesia.
“Fokus Halodoc saat ini adalah tetap beroperasi di Indonesia, mengingat masih banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan akses layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian Halodoc yang telah menjadi platform kesehatan digital yang paling banyak digunakan di Indonesia dan tercatat sebagai salah satu top startups di industri healthtech global. Meskipun demikian, kami selalu terbuka untuk peluang ekspansi di masa depan,” jelas Fibri.
Dari segi pangsa pasar, Indonesia masih menawarkan potensi yang sangat besar bagi para pemain di sektor layanan kesehatan digital. Berdasarkan data dari Statista, revenue untuk layanan digital health pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai US$2,64 miliar, dengan sub-segmen terbesar berada pada layanan digital treatment & care yang menyumbang US$1,76 miliar.
Momentum pertumbuhan digital treatment & care
Dengan potensi pertumbuhan bisnis yang menjanjikan di tahun ini, Halodoc juga memaksimalkan potensi layanan digital treatment & care melalui Haloskin dan Halofit. Haloskin sendiri merupakan layanan klinik digital yang khusus menyediakan perawatan kulit wajah, menawarkan konsultasi dengan dokter spesialis, rencana perawatan yang disesuaikan, serta akses ke produk perawatan kulit pilihan.
Sejak diluncurkan pada tahun 2024, Haloskin telah memfasilitasi lebih dari 400 ribu sesi konsultasi dan menjual lebih dari 20.000 paket produk.
Sementara itu, Halofit adalah layanan klinik digital yang menyediakan program penurunan berat badan dan kesehatan metabolik berbasis medis dan personal, yang mencakup program yang komprehensif seperti meal plan, pengobatan, dan injeksi.
Selain dari sisi layanan, Halodoc juga meluncurkan Halodoc Academy, sebuah lembaga pelatihan tenaga kesehatan yang telah mendapatkan akreditasi dari Kementerian Kesehatan RI sejak Maret 2025. Halodoc Academy hadir untuk menjawab tantangan terkait akses pelatihan terakreditasi bagi tenaga kesehatan, baik di perkotaan maupun di wilayah terpencil.
“Hingga bulan Mei 2025, program ini telah menjangkau lebih dari 55.000 peserta, yang semuanya mengikuti pelatihan yang diakui secara resmi oleh Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKN) dan berbasis Satuan Kredit Profesi (SKP) dari Kemenkes,” tambah Fibri.
Perkuat keamanan data
Selain berinovasi dalam produk, Halodoc juga berkomitmen untuk menjaga keamanan dan privasi data pribadi agar pengguna merasa aman dan nyaman. Baru-baru ini, mereka mengumumkan bahwa telah memperbarui dua sertifikasi internasional, yaitu ISO/IEC 27001:2022 dan ISO/IEC 27701:2019. Audit independen yang dilakukan oleh British Standards Institution (BSI) pada bulan Mei 2025 menunjukkan bahwa sistem pengelolaan data Halodoc berjalan dengan optimal dan memenuhi standar global tertinggi.

“Keamanan dan privasi data adalah bagian dari tanggung jawab kami sebagai pionir layanan kesehatan digital di Indonesia,” kata Henriko Samosir, Head of Information Security, GRC & Data Privacy Halodoc. Ia menambahkan bahwa pembaruan ini memberikan rasa aman bagi pengguna serta memperkuat kepercayaan regulator dan mitra terhadap tata kelola data Halodoc.
Halodoc juga telah memperoleh status “Dibina” dari Regulatory Sandbox Kementerian Kesehatan RI, yang membuktikan bahwa inovasi Halodoc memenuhi standar keamanan dan kualitas layanan kesehatan digital nasional. Langkah ini juga membuka peluang kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai pemangku kepentingan.
Baca juga Info Terbaru lainnya di Info terbaru.

Pemilik Website Thecuy.com