GMV E-commerce Asia Tenggara Capai US$145,2 Miliar, Indonesia Sumbang 44 Persen

Cuy

By Cuy

Laporan tahunan Ecommerce in Southeast Asia 3.0 dari Momentum Works mengungkap bahwa total Gross Merchandise Value (GMV) e-commerce Asia Tenggara mencapai US$145,2 miliar pada 2024. Angka tersebut memperlihatkan adanya pertumbuhan sebesar 12% dibandingkan tahun sebelumnya, di mana segmen platform e-commerce memberikan kontribusi sebesar US$128,4 miliar dari total tersebut.

Walaupun tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, perubahan ini dipandang sebagai sebuah langkah strategis yang mengarah pada pertumbuhan yang lebih rasional serta berkelanjutan. Thailand dan Malaysia menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat, dengan catatan 21,7% dan 19,5% secara tahunan.

Sementara itu, dengan kontribusi sebesar 44% terhadap GMV di tingkat regional, Indonesia masih memegang posisi sebagai pasar terbesar, meski pertumbuhannya melambat menjadi 5% yang disebabkan oleh konsolidasi platform.

Dominasi Tiga Besar dan Kebangkitan TikTok Shop

Berkat peningkatan infrastruktur dan strategi monetisasi yang lebih baik, Shopee berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dengan pangsa GMV regional sebesar 52%. TikTok Shop memperlihatkan ekspansi yang disiplin dan sukses menuntaskan integrasinya bersama Tokopedia. Sementara itu, Lazada memfokuskan diri pada kurasi produk berkualitas tinggi dan adopsi teknologi AI, yang mana membantu perusahaan tersebut meraih laba EBITDA.

Tiga platform besar ini—Shopee, TikTok Shop, dan Lazada—menguasai 84% pangsa pasar e-commerce Asia Tenggara, meningkat dari 79% pada 2023.

Saluran Non-Platform dan Laju Logistik

Momentum Works juga melakukan penghitungan GMV dari kanal non-platform untuk pertama kalinya, mencakup situs brand, media sosial, dan WhatsApp commerce, yang mana memberikan tambahan sebesar US$16,8 miliar atau 11,5% dari total GMV e-commerce kawasan. Secara keseluruhan, penetrasi e-commerce di Asia Tenggara saat ini adalah 12,8%.

Volume pengiriman parcel harian mencapai 43,6 juta unit, hampir setara dengan angka di Amerika Serikat, yang menunjukkan kematangan pada infrastruktur logistik di kawasan ini.

Live Commerce dan Potensi AI

Tren live dan video commerce pun mengalami lonjakan yang signifikan, yang mana menyumbang 20% dari GMV platform, dengan live commerce sendiri mencatatkan angka sebesar US$17,6 miliar. Akan tetapi, kontribusi brand terhadap GMV platform masih berada di bawah 30%, angka yang masih jauh di bawah Tiongkok yang sudah melampaui 50%.

Momentum Works juga memperkirakan bahwa pemanfaatan AI (kecerdasan buatan) oleh penjual dan brand dapat meningkatkan potensi GMV hingga US$131 miliar pada tahun 2030, melalui peningkatan efisiensi dalam pencarian produk, pengalaman pelanggan, serta logistik.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Baca juga Info Terbaru lainnya di Info terbaru.

Ingin Website Anda Tampil di Google?

Dapatkan content placement berkualitas di
thecuy.com
dan tingkatkan otoritas website Anda secara instan! Siap membantu meningkatkan visibilitas, SEO, dan ranking di mesin pencari.


Hubungi Kami via WhatsApp: 0877-7603-3090 klik di sini!

Fast response, konsultasi gratis, & harga terbaik!
Langsung chat admin kami sekarang juga 🚀

2 pemikiran pada “GMV E-commerce Asia Tenggara Capai US$145,2 Miliar, Indonesia Sumbang 44 Persen”

  1. Wih, Indonesia nyumbang 44% buat GMV e-commerce Asia Tenggara? Itu duit semua dari diskonan sama promo, kan? Jangan-jangan kita semua ini sultan endorse terselubung. Kalian paling sering belanja online apa nih?

    Balas
  2. Wih, Indonesia nyumbang 44% buat e-commerce Asia Tenggara? Itu duit jajan siapa aja ya? Tapi kok pertumbuhannya melambat? Jangan-jangan pada bosen belanja online terus mulai nabung nih. Kalian gimana, masih sering checkout keranjang kuning atau udah mulai investasi?

    Balas

Tinggalkan Balasan